watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

WARNET NIKMAT

Aku adalah seorang pria berumur 28 tahun.
Bergelar sarjana arsitektur dan bekerja sebagai
konsultan teknik di sebuah perusahaan
konstruksi. Bila ditinjau dari segi umur dan
materi, sebenarnya aku adalah pria mapan dan
siap untuk menikah. Namun entah mengapa
hingga saat ini belum menikah, mungkin kurang
percaya diri karena satu hal belum kumiliki, yaitu
rumah sendiri.

Hidup sendirian memang asyik, tanpa beban dan
pikiran. Namun dalam urusan seks, aku
menghadapi kendala besar. Seorang pria
seumurku tentunya sudah sangat ingin
merasakan nikmatnya bersetubuh. Pernah
seorang teman mengajakku ke pelacuran tetapi
aku sungguh takut tertular penyakit kelamin,
sehingga batal menikmati daging mentah yang
dijual disana. Akhirnya aku memilih untuk
melakukan masturbasi di kamar mandi untuk
melampiaskan hasrat seks yang tak tersalurkan.

Beberapa kali melakukannya sendiri terasa tidak
nikmat lagi. Penisku tidak terlalu keras berdiri,
mungkin karena kurang rangsangan. Aku malas
melakukannya lagi.

Suatu hari libido seksku tak tertahan lagi. Setelah
makan malam aku menuju sebuah warnet 24
jam tak jauh dari restoran padang, tempat
dimana aku tadi makan. Saat itu menunjukkan
pukul 21.30 malam, warnet tidak terlalu ramai.

Tampak beberapa meja kosong. Segera aku buka
beberapa situs porno yang menyuguhkan
gambar-gambar yang sangat syurr. Perlahan
namun pasti penisku mengeras dan berdiri. Tak
puas dengan gambar, kucari situs-
dewasa.com yang menyuguhkan cerita cerita
yang merangsang. Aneh bin ajaib penisku bisa
bertambah tegang lebih dari biasanya, setelah
membaca kisah seorang gadis bermasturbasi.

Kulongok kanan-kiri, ternyata kondisi warnet
yang tertutup membuatku merasa aman.
Perlahan-lahan aku buka kancing celana dan
menyisihkan celana dalamnya kebawah. Penisku
yang sebesar timun kecil langsung menyembul.
Kuusap-usap dengan lembut uh.., aah.., nikmat
sekali. Geli dan nikmat membuatku terpejam-
pejam. Dalam bayangan pikiranku, penisku
sedang dihisap seorang gadis cantik yang sedang
keenakan mengusap-usap memeknya. Usapanku
makin cepat dan keras, tanpa sadar berubah
menjadi sebuah kocokan.

Kocok-kocok terus aku mendesah ahh.., hemm..
Tangan tak henti-hentinya bergerak dari kepala
penis hingga batang penis paling dasar. Sesekali
tangan kiri meremas remas telor. Aduh nikmat
sekali. Darah serasa berkumpul di ujung kontolku,
tubuhku kaku-kaku. Kurasakan ada tarikan hebat
dari arah dengkul, pusar, paha, bahkan kepala
menuju ujung kontol yang berbentuk helm
tentara Jerman. Cok., kocok.., cek makin cepat
aku mengocok dan..
“Aahh.., uhh.., oohh”, aku mendesah keras.

Croot.., crot.., creet cairan putih sangat kental
memancar dari penisku dan mengenai layar
monitor komputer yang kebetulan ada gambar
seorang wanita barat bugil dengan mulut terbuka.

Air maniku persis meleleh di mulutnya. Uhh..,
membayangkan wanita tersebut mengisap air
maniku sedoott.., Tubuhku lunglai menahan rasa
enak yang luar biasa. Aku merasakan puas yang
tak tertandingi. Setelah mengelap air maniku di
layar komputer, aku langsung pulang dan tidur.

Pengalaman bermasturbasi ini membuatku
ketagihan. Aku melakukannya seminggu sekali di
warnet yang sama. Dan tak pernah ada yang
tahu apa yang kulakukan.


Malam itu pukul 21.30, sama seperti malam yang
lain, aku datang ke warnet untuk bermasturbasi.
Tapi sial, entah angin dari mana, warnet tersebut
penuh sesak, tak ada tempat untukku. Terpaksa
aku mencari warnet lain. Tak jauh dari tempat
yang pertama, aku menemukan warnet yang
sepi. Tanpa basa-basi aku memasuki komputer
nomor 3. Sayang aksesnya payah, apalagi
meloading gambar porno lama sekali. Setelah
hampir setengah jam, aku baru dapat memelototi
empat gambar porno. Cukuplah untuk mulai
mengocok kontol yang mulai ngaceng.

Ueenaakk..
“Warnetnya mau tutup Mas!”, tiba tiba seorang
wanita berkata di depanku.

Alangkah kagetnya diriku. Ternyata warnet itu
tidak buka 24 jam. Dan yang membuat aku lebih
kaget, wanita penjaga warnet itu melihat aksiku
yang sedang mengocok kontol.

“Ehh.. iya Mbak”, jawabku sekenanya
“Wah sorry, lagi asyik yaa.. terusin deh”, wanita
itu menjawab tanpa rasa kaget.

Lalu ia berlalu. Kudengar suara rolling door yang
ditutupnya. Aku berusaha secepat mungkin
merapikan celanaku untuk secepatnya pergi dari
tempat itu. Belum selesai aku merapikan celanaku,
wanita itu muncul lagi dihadapanku.

“Lho kok berhenti Mas, silahkan dilanjutkan”,
wanita itu tersenyum manis.
Wajahnya ternyata cantik, putih bersih, kira kira
berumur 35 tahun. Belum hilang kagetku, wanita
itu berkata lagi..
“Sini saya bantu”, dia berujar sambil duduk
disebelahku.

“Jangan malu, nama saya Rini, saya sendirian
menjaga warnet ini kok”, katanya genit sambil
mengambil alih kontolku.
Kini dia yang mengocok ngocok kontolku. Enak
sekali, tangannya lembut membelai kontolku.
“Saya perlu air mani Mas untuk masker wajah,
boleh ya..?”, katanya lagi.

“Iya”, aku tak bisa menjawab karena rasa nikmat
pertama kali dikocok wanita.
Kini si Rini berubah posisi. Dia lalu berjongkok dan
menyuruhku berdiri. Tangan kanannya
menggenggam buah pelirku. Lidahnya yang
selembut es krim menyisiri pangkal kontolku.


Disapu-sapunya dijilat-jilatnya dari pangkal hingga
ujung penis mengikuti garis tengah batang penis.


Dilakukannya berkali-kali hingga aku mengelinjang
bak penari ular. Puas menjilati, Rini memasukkan
kontolku ke mulut mungilnya. Dimasukkan,
dikeluarkan, dihisap begitu berulang-ulang.
Tangan kanannya tidak diam melainkan ikut
mengocok. Aku tak kuat lagi dan mau ejakulasi
dan berteriak.. Tiba-tiba Rini mencabut kontolku
dari mulutnya dan menekan ujung penisku kuat-
kuat dengan ibu jarinya, sehingga aku tidak jadi
memuntahkan air mani.

“Kenapa Rin?”, tanyaku heran.
“Sabar Mas, jangan keluar dulu, kumpulin mani
dulu biar muncratnya banyak”, pintanya.

Aku mengangguk saja menuruti kemauannya.
Setelah agak rileks, Rini mengulangi aksi stop-
actionnya sampai tiga kali. Yang ketiga kali aku
benar-benar tidak tahan dan muncratlah air mani
dengan derasnya croot.., crett.., serr.. mengenai
wajah Rini.

“Aargghh.., hangat Maas, asyik”, kata Rini sambil
mengusap meratakan air maniku di wajahnya,
persis seperti dia memakai masker kecantikan.

Aku terkulai dan takjub betapa penisku berdenyut
kurang lebih 15 kali dan menyemburkan mani
banyaak sekali.
“Aku harus berbaring dulu Mas, biar manimu
melekat di wajahku dan tidak meleleh”, kata Rini
sambil berbaring.
“Sini Mas, puasin aku dong”, katanya memelas.

“Tentu saja Rin”, jawabku bersemangat.
Langsung kusingkap roknya ke atas, tampak
celana dalamnya berwarna merah berenda, sexy
sekali. Kubuat ia mengangkang. Astaga celana
dalamnya basah pada bagian dimana memeknya
menempel. Bulu halus membayang diantara
celana dalam yang transparan karena basah.

Tercium aroma memek yang khas erotis. Kutarik
dan kulemparkan celana dalamnya. Aku mulai
dengan mengelus-elus daerah kewanitaannya
yang terasa hangat. Telapak tanganku dengan
ringan menekan-nekan bagian atas yang
ditumbuhi bulu-bulu halus yang hitam melebat.
Kedua tanganku menjadi aktif di daerah itu. Yang
satu mengusap-usap bagian atas yang sensitif
dan tangan yang satu lagi membelai-belai bibir-
bibir memeknya yang basah oleh lendir. Kuciumi,
kuhisap dalam-dalam aroma memeknya yang
telah merekah seperti kue serabi berwarna merah
muda.

Kujilati bibir-bibir memek dan itil nya (klitoris), dia
menggelinjang. Ohh Rini pasti kau merasakan
nikmat dan geli. Rini mendesis-desis. Aku terus
menjilati itil yang mulai menyembul dan tegang
sebesar kacang tanah. Dua jariku masuk ke dalam
goa nikmat yang sudah penuh lendir. Kukocok-
kocok lobang memeknya sambil memepercepat
jilatan di itilnya.

“Aahh Mas, terus Mas, percepat Mas, aku tak
tahan lagi, ayo Mas, aahh.., ayo”, Rini nyerocos
kesetanan.
Pinggulnya diangkat-angkat dan digoyang-
goyang, seperti beralas besi panas. Dan tak lama
kemudian..

“Uurrgghh.., Mas, tooloongg, aku keluaarr”, jerit
Rini.
Tubuh Rini mengejang, dan memeknya
berdenyut-denyut kira-kira 20 kali. Nampaknya ia
orgasme hebat. Kami tertidur hingga pagi
menjelang. Dengan tergesa-gesa aku pulang ke
rumah kosku. Ada rasa takut dilihat orang kalau
aku keluar dari tempat itu pagi-pagi dengan
penampilan seperti habis terkena ledakan bom.

Rasa takut digrebek menghantui perasaanku,
maklum di kota ini sering ada penggrebekan
pasangan kumpul kebo. Lagi pula aku takut bila
pemilik warnet atau majikan Rini datang pagi-
pagi.
Tapi rasa penasaranku lebih kuat dibandingkan
rasa takutku. Aku mulai mencari tahu siapa si Rini
itu sebenarnya. Kutanya tetangga kanan-kirinya
tentang latar belakang Rini. Dari hasil investigasiku
aku mendapat beberapa petunjuk tentangnya. Dia
ternyata bukan karyawan, tetapi pemilik warnet
nikmat itu. Warnet itu tidak memperkerjakan
orang lain, tetapi Rini sendiri sekaligus merangkap
sebagai kasir dan penjaganya.


Rini ternyata telah menikah dengan seorang
pekerja di kapal pesiar. Suaminya berlayar dan
hanya pulang tiap enam bulan sekali. Aku dapat
memahami betapa kesepiannya dia. Tetapi aku
heran kenapa dia hanya memanfaatkan air
maniku dan tidak memanfaatkan kontolku yang
setiap saat bisa ia masukkan ke memeknya.

Suatu malam menjelang warnet nikmat itu tutup,
aku mengendap-endap, dan aku berhasil
menyelinap masuk tanpa diketahui Rini. Lalu aku
bersembunyi di salah satu meja komputer yang
tertutup. Tepat pukul 22.00 Rini menutup
warnetnya. Selanjutnya ia menaiki tangga ke
lantai 2 rukonya. Aku tunggu beberapa saat, lalu
aku menyusul naik ke atas dengan berjinjit.

Tampak sebuah kamar dengan pintu sedikit
terbuka. Terdengar bunyi putaran mesin berderit,
seperti bunyi gergaji mesin tapi tak terlalu keras.

Di sela-sela itu terdengar rintihan-rintihan nikmat,
dan aku kenal suara itu pasti dari mulut Rini. Apa
yang dilakukannya?
Aku intip perlahan melalui pintu yang agak
terbuka, terlihat Rini bertelanjang bulat dalam
posisi mengangkang. Di tangannya tergenggam
sebuah benda mirip jagung. Benda itu yang
mengeluarkan bunyi mesin. Sesekali benda itu
digosokkan ke memeknya.

“Rin lagi ngapain kamu?”, aku bertanya memecah
kesunyian.
“Hai Mas, aku nggak kaget kok, aku tahu Mas
nyelinap tadi”, sambil tertawa Rini beranjak.

“Rin, kenapa tidak kontolku saja kau masukkan?”,
tanyaku heran.

“Jangan Mas, aku takut hamil, aku sudah
bersuami, yuk kocok-kocokan lagi!”, pintanya.
Dan malam itu terjadi lagi seperti pertama kali aku
bermasturbasi bersamanya. Dan tiap minggu aku
selalu berkunjung ke warnet nikmat, kecuali bila
suaminya datang. Namun aku pindah tugas ke
kota lain, tak kutemui Rini lagi. Tak ada wanita
yang bermasker air maniku lagi, aku
merindukannya. Mungkin ada pembaca wanita
yang bisa mengobati rinduku

Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/2152
U-ON

inc Powered by Xtgem.com